“ Ara, kalau
nanti kita besar apa kamu mau jadi istri Indra? ”
“ Ara mau jadi
istri Indra! Nanti kita punya anak banyak ya! ”
“ Ara harus janji
ya sama Indra jangan nikah sama cowok lain selain indra ”
“ Ara janji gak
akan menikah dengan siapapun kecuali sama Indra! ”
Sudah 12 tahun
janji diucapkan oleh anak kecil usia 5 tahun. Aku tak tahu bagaimana kabar
Indra sekarang, dia seperti apa sekarang, apa dia masih ingat dengan janji nya?
Sampai saat ini aku masih menunggu dia menepati janji nya, entah kapan dia akan
datang.
Aku seperti gadis
muda pada umumnya, yang sebentar lagi akan berusia 17 tahun, dan masih jomblo
hehe. Aku cukup populer di sekolah. Bukan nya sombong, banyak pria di
sekolah yang sering mendekati, tapi tak
pernah aku gubris. Aku masih setia menunggu Indra, entah sampai kapan.
Pagi ini, ku
kayuh sepeda kesayanganku menuju sekolah. Sambil bersepeda, aku selalu
mendengarkan lagu di Ipod pemberian mendiang Bunda.
TIIIIIIINNNNN
BRUKKK
“ Aw sakit!! ”
aku merasakan perih di siku. Sial berdarah lagi!
“ IPOD GUE!!!!!! ”
pekikku ketika melihat ipod kesayanganku rusak tak terbentuk lagi.
“SIALAN! KELUAR
LO! LIAT NIH IPOD GUE RUSAK GARA-GARA LO! ” ujarku begitu emosi pada si
pengendara mobil.
“ Salah lo
sendiri, bawa sepeda gak denger suara klakson mobil. Mobil gue juga lecet
gara-gara lo. Jadi lo harus ganti rugi! ” ujar si pengendara mobil ketika
keluar dari mobil.
“ Heh! Lo gila
ya?! Ini jalur sepeda, ya gue jalan di jalur nya! Lo ngapain bawa mobil ke
jalur sepeda? Lo gak punya mata? Gak liat ini jalur sepeda? Hah?! ” sentakku
pada si pengendara mobil. Enak aja nih
orang gak mau di salahin!
Kalo ada Indra
ini cowok bisa abis. Indra lagi. Indra lagi.
“ Udah Ndra kasih
aja dia uang. Nanti kita telat ke sekolah ” ujar teman wanita si pengendara mobil.
Mereka pikir semua
nya bisa dilakuin dengan uang? Hah.
Memang sudah tabiat orang kaya, apapun bisa diselesaikan dengan uang.
“ Heh! Ini bukan
masalah uang ya. Ini soal tanggung jawab
dia lo udah rusakin Ipod gue! ” sentakku tak terima.
“ Nih ambil uang
nya buat gantiin tuh Ipod butut lo. Gue udah telat ke sekolah ” ujar si
pengendara mobil itu sambil memberiku 5 lembar uang 100.000 rupiah.
PLETAK
Aku jitak kepala
nya karena kesal “ Gue gak butuh duit
lo! Lo pikir lo doang yang telat ke sekolah? Gue juga! Awas aja lo kalo ketemu
gue lagi abis lo! ” balasku dengan kesal pada pasangan gila. Pasangan gila? Ya,
mereka pantas ku sebut seperi itu.
Kenapa pagi ini
sial sekali? Sepertinya aku harus lebih banyak beramal agar tidak tertimpa sial
seperti ini.
Untung aja aku
tidak telat tiba di sekolah. Kalau telat 5 menit aja, aku tidak akan bisa
masuk. Apalagi penjaga sekolah nya serem!!!
“ SIALLLLL!!!! ” teriakku
ketika sudah duduk di meja tempatku di kelas.
“ Kenapa sih
pagi-pagi udah kesel gitu? ” tanya Indah sahabatku sejak TK, dia satu-satu nya
sahabatku yang tau janji ku sama Indra. Kenapa harus Indra lagi sih?
“ Ipod gue rusak
ndah!!!! Di rusakin sama cowok gila! ” ujarku frustasi sambil menunjukkan ipod
kesayanganku yang sudah tak berbentuk lagi pada Indah.
“ Ya ampun! Ini
siku lo kenapa??!!! ” pekik Indah panik ketika melihat luka pada sikuku.
“ Tadi gue di
serempet mobil cowok gila! ” jawabku
kesal penuh emosi. Gimana gak emosi coba, bukannya minta maaf, mereka
malah memperlakukanku seperti orang yang kekurangan dalam materi. Sombong
sekali mereka. Mentang-mentang orang kaya bisa seenaknya memperlakukan orang
lain.
TINGGGG TINGGGGG
Bunyi bel sekolah
tanda sudah waktu nya masuk jam pelajaran pertama.
“ Ya Tuhan! Siapa
cowok gila nya? Berani-berani nya celakain sahabat gue! ” ucap Indah kesal
“ Selamat pagi
anak-anak. Hari ini kita kedatangan murid baru pindahan dari Yogyakarta, ayo nak
sini masuk, perkenalkan diri kamu di depan semua teman kelas kamu ” ucap wali
kelas kami.
“ Halo selamat
pagi semua nya. Nama gue Indra Perdana Kusuma, gue pindahan dari Yogyakarta.
Semoga kita akrab ya ” ucap si anak baru.
“ Loh?! Cowok
gila yang tadi? Ngapain dia disini? Itu dia ndah yang rusakin Ipod gue. Ndah?
Ndah? Astaga! Lo terpesona sama si cowok gila?! ” tanpa sadar gue berteriak
sehingga semua murid mendengar dan melihatku aneh, tak terkecuali wali kelas
dan si anak baru.
“ Meira! Ngapain
kamu teriak-teriak? Indah kamu bukannya anak IPA 2 ya? Ngapain kamu ada di
kelas IPS 1? Sana kembali ke kelas! ” ucap wali kelasku.
“ Eh iya bu. Maaf
salah kelas hehehe ” jawab Indah langsung kabur balik ke kelas nya.
“ Sekarang kamu
duduk di... Ah sebelah Meira. Disana... ” ujar wali kelasku
“ Hah? Apa bu?
Kenapa disini? ” protesku tak terima jika harus menjadi teman sebangku dengan
si anak baru, yang tidak aku ketahui nama nya. Bukannya tidak tau, hanya aku
tidak ingin tau dan malas untuk berurusan dengan manusia satu itu.
“ Tempat yang
kosong kan di situ. Udah jangan protes. Ibu ke ruang guru dulu, nanti guru
Bahasa Indonesia kalian akan datang ” ucap wali kelasku tidak menanggapi akan
protesku.
“ Eh ketemu
lagi... ” ucap si anak baru sok akrab sembari duduk di samping kursi di
sebelahku yang memang kosong.
“ Gue Indra, nama
lo siapa tadi? Mei? Juni? Juli? ” ucap si anak baru
Gak akan aku
hiraukan si anak baru itu. Bodo amat.
Aku hanya memutar
bola mata malas, tak ingin menanggapi obrolan sok akrab dari nya.